Sumber Ilmu Kebhatinan bdan Ilmu Pencak Silat dari
Persaudaraan Setya Hati yang diajarkan oleh Ki Ngabehi
Soerodiwiryo adalah ‘SARI-SARI’ ajaran yang beliau dapatkan dari
berguru pada para pendekar pada jamannya , dan digunakan
sebagai dasar pemberian pelajaran kepada keluarga besar
Persaudaraan Setya Hati sampai sekarang .
SUMBER ILMU KEBHATINAN
PERTAMA : Didapat dari GUSTI KENANGA MANGGA TENGAH asal dari Bali yang bernama asli NYOMAN IDE GEMPOL yang bertempat tinggal di Oleleh (Aceh) , seorang Ponggawa Besar yang diselong ( diasingkan ) dibuang oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke Aceh . Dari beliau didapat wejangan ilmu kebhatinan yang oleh Ki Ngabehi Soerodiwiryo dipergunakan sebagai syarat-syarat penerimaan saudara-saudara SH baru yang berujud : Air Kecer , Mori Putih , Lambang-lambang , Uang Ketengan (yang mempunyai nilai terendah) , Letak Kekuatan Tubuh Manusia Tiap Hari ( makna sircle ) , pemberian wejangan ini disebut WEJANGAN TINGKAT PERTAMA ( Trap Pertama ) .
KEDUA : Didapat dari DATUK RADJO BATUAH , yang merupakan ajaran / wejangan Ilmu Kebhatinan dari Sumatra Barat yang berujud 2 (dua) kalimat rafal yang bermaksud ‘menyadarkan diri manusia’ dengan segenap akal budi nya secara totalitas kepada Allah beserta Rosulnya , agar diri atau tubuh terhindar dari segala mara bahaya .
2 ( dua ) kalimat rafal dari Datuk Radjo Batuah ini diajarkan kepada saudara-saudara SH sebagai WEJANGAN TINGKAT KEDUA ( Trap Kedua ) .
Wejangan Tingkat Kedua mengandung 3 (tiga) kalimat rafal , adapun rafal ke tiga didapat dari K.A.A.Serang Soeronegoro ( Bupati Kediri yang meninggal Th.1916 M ) . Dari Bupati Kediri ini selain mendapat rafal ketiga , kepada Ki Ngabehi Soerodiwiryo juga diberikan ‘Coretan Gaib’ dimana sebelum membuat coretan gaib ini , seseorang harus menebus dengan laku puasa membisu .
Apabila para saudara ingin menyaksikan dipersilahkan datang dipendopo Kabupaten Kediri dan mengamat-amati ukir-ukiran pada ompak (alas) empat sokoguru (tiang) pendopo kabupaten tersebut .
Coretan Gaib ini tidak termasuk ‘wejangan tingkat kedua’ , tetapi diberikan beliau kepada para saudara SH yang selalu dekat dengan beliau dengan tambahan syarat harus sanggup mencari cara menulis dan membuatnya .
KETIGA : Didapatkan juga dari GUSTI KENANGA MANGGA TENGAH selain wejangan tingkat pertama ( trap pertama ) , diterima untuk saudara-saudara SH terpilih untuk mendapatkan WEJANGAN TINGKAT KETIGA ( Trap Ketiga ) , dimana wejangan ini merupakan ajaran tertinggi bagi saudara-saudara SH tentang ‘SANGKAN PARANING DUMADHI’ yang mengajar kepada saudara SH untuk mengenal ‘Sangkaning dumadhi’ dan pada akhirnya nanti tahu kemana ‘Paraning Dumadhi’ .
Bagi saudara-saudara SH yang telah mendapatkan wejangan lengkap tersebut diatas , sudah diberi kewenangan untuk menjadi ‘Juru Kecer’ dalam penerimaan saudara-saudara SH baru secara dulu Ki Ngabehi Soerodiwiryo almarhum melaksanakan .
SUMBER PENCAK SILAT
Salah seorang guru pencak silat yang dianggap terbaik permainannya disamping memberi wejangan-wejangan ‘Dua Kalimat Rafal’ adalah DATUK RADJO BATUAH dari Sumatra Barat .
Dimana nama ‘Datuk Radjo Batuah’ selalu diperingati pada tiap-tiap selamatan upacara penerimaan saudara SH baru , lain guru dan pendekar tidak disebutkan namanya pada selamatan ini , tetapi beberapa permainan pencak silat yang dianggap penting yang melengkapi jurus-jurus pencak setya hati selalu diperingati dengan selamatan pada upacara tersebut .
Selain memperingati permainan-permainan pencak silat yang akan dipelajari tiap saudara saudara SH pada selamatan itu harus pula ‘memperingati asal mula terjadinya sebagai manusia dan letak berdirinya dibumi ini’ .
Peringatan yang terakhir ini , tidak hanya pada waktu upacara penerimaan saudara baru saja , tetapi tiap-tiap berhajat apa saja beliau selalu mengingatkan saudara-saudara tua SH dahulu untuk supaya tidak lupa ‘Ingat akan Sangkan Paraning Dumadhi’ , sehingga pada waktu berlatih sambung diwujutkan dengan ‘Uluk Salam’.
Upacara selamatan dimaksud agar saudara SH yang mempunyai hajad itu memperingati awal mulanya hidup didunia ini , dan yang kedua ialah agar supaya mendapat restu dan berkenan menerima wejangan-wejangan ilmu kebatinan dan permainan pencak silat guna dapat mengalahkan segala bahaya .
Kejujuran Ki Ngabehi Soerodiwiryo yang selalu dibuktikan ialah , bahwa beliau selalu tidak melupakan jasa-jasa gurunya . Pada waktu-waktu memberikan pelajaran pencak silat selalu ditegaskan bahwa tegak-tegak ( stand ) atau langkah-langkah dan gerakan-gerakan tangan yang diajarkan itu didapat dari pendekar A dan B , dan permainan -permainan dari daerah C dan D dan begitu seterusnya . Demikian juga halnya dengan ilmu kebhatinan nya .
Beliau dikalangan persaudaraan SH tidak suka disebut guru melainkan minta supaya disebut ‘saudara tertua’ saja , menurut keterangan beliau bahwa dalam mencari kepandaian pencak silat yang terpenting harus ‘mempunyai kemauan keras dan sangat berani’ .
Sumber-sumber permainan pencak silat SH asalnya telah diuraikan pada riwayat hidup Ki Ng. Soerodiwiryo dimuka , dari sumber-sumber itulah beliau mengambil sari-sarinya dengan dicampur , diteliti berdasarkan pengalaman-pengalaman sambung dan latihan di berbagai tempat , cobaan-cobaan yang didapatkan dari perguruan lain atau dari perkelahian-perkelahian .
Hasil dari pengambilan sari yang dicampur dan diubah secara teliti itulah yang memungkinkan beliau berhasil menciptakan beberapa jurus pencak silat yang digunakan sebagai dasar permainan pencak silat ‘Setya Hati’ .
SUMBER ILMU KEBHATINAN
PERTAMA : Didapat dari GUSTI KENANGA MANGGA TENGAH asal dari Bali yang bernama asli NYOMAN IDE GEMPOL yang bertempat tinggal di Oleleh (Aceh) , seorang Ponggawa Besar yang diselong ( diasingkan ) dibuang oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke Aceh . Dari beliau didapat wejangan ilmu kebhatinan yang oleh Ki Ngabehi Soerodiwiryo dipergunakan sebagai syarat-syarat penerimaan saudara-saudara SH baru yang berujud : Air Kecer , Mori Putih , Lambang-lambang , Uang Ketengan (yang mempunyai nilai terendah) , Letak Kekuatan Tubuh Manusia Tiap Hari ( makna sircle ) , pemberian wejangan ini disebut WEJANGAN TINGKAT PERTAMA ( Trap Pertama ) .
KEDUA : Didapat dari DATUK RADJO BATUAH , yang merupakan ajaran / wejangan Ilmu Kebhatinan dari Sumatra Barat yang berujud 2 (dua) kalimat rafal yang bermaksud ‘menyadarkan diri manusia’ dengan segenap akal budi nya secara totalitas kepada Allah beserta Rosulnya , agar diri atau tubuh terhindar dari segala mara bahaya .
2 ( dua ) kalimat rafal dari Datuk Radjo Batuah ini diajarkan kepada saudara-saudara SH sebagai WEJANGAN TINGKAT KEDUA ( Trap Kedua ) .
Wejangan Tingkat Kedua mengandung 3 (tiga) kalimat rafal , adapun rafal ke tiga didapat dari K.A.A.Serang Soeronegoro ( Bupati Kediri yang meninggal Th.1916 M ) . Dari Bupati Kediri ini selain mendapat rafal ketiga , kepada Ki Ngabehi Soerodiwiryo juga diberikan ‘Coretan Gaib’ dimana sebelum membuat coretan gaib ini , seseorang harus menebus dengan laku puasa membisu .
Apabila para saudara ingin menyaksikan dipersilahkan datang dipendopo Kabupaten Kediri dan mengamat-amati ukir-ukiran pada ompak (alas) empat sokoguru (tiang) pendopo kabupaten tersebut .
Coretan Gaib ini tidak termasuk ‘wejangan tingkat kedua’ , tetapi diberikan beliau kepada para saudara SH yang selalu dekat dengan beliau dengan tambahan syarat harus sanggup mencari cara menulis dan membuatnya .
KETIGA : Didapatkan juga dari GUSTI KENANGA MANGGA TENGAH selain wejangan tingkat pertama ( trap pertama ) , diterima untuk saudara-saudara SH terpilih untuk mendapatkan WEJANGAN TINGKAT KETIGA ( Trap Ketiga ) , dimana wejangan ini merupakan ajaran tertinggi bagi saudara-saudara SH tentang ‘SANGKAN PARANING DUMADHI’ yang mengajar kepada saudara SH untuk mengenal ‘Sangkaning dumadhi’ dan pada akhirnya nanti tahu kemana ‘Paraning Dumadhi’ .
Bagi saudara-saudara SH yang telah mendapatkan wejangan lengkap tersebut diatas , sudah diberi kewenangan untuk menjadi ‘Juru Kecer’ dalam penerimaan saudara-saudara SH baru secara dulu Ki Ngabehi Soerodiwiryo almarhum melaksanakan .
SUMBER PENCAK SILAT
Salah seorang guru pencak silat yang dianggap terbaik permainannya disamping memberi wejangan-wejangan ‘Dua Kalimat Rafal’ adalah DATUK RADJO BATUAH dari Sumatra Barat .
Dimana nama ‘Datuk Radjo Batuah’ selalu diperingati pada tiap-tiap selamatan upacara penerimaan saudara SH baru , lain guru dan pendekar tidak disebutkan namanya pada selamatan ini , tetapi beberapa permainan pencak silat yang dianggap penting yang melengkapi jurus-jurus pencak setya hati selalu diperingati dengan selamatan pada upacara tersebut .
Selain memperingati permainan-permainan pencak silat yang akan dipelajari tiap saudara saudara SH pada selamatan itu harus pula ‘memperingati asal mula terjadinya sebagai manusia dan letak berdirinya dibumi ini’ .
Peringatan yang terakhir ini , tidak hanya pada waktu upacara penerimaan saudara baru saja , tetapi tiap-tiap berhajat apa saja beliau selalu mengingatkan saudara-saudara tua SH dahulu untuk supaya tidak lupa ‘Ingat akan Sangkan Paraning Dumadhi’ , sehingga pada waktu berlatih sambung diwujutkan dengan ‘Uluk Salam’.
Upacara selamatan dimaksud agar saudara SH yang mempunyai hajad itu memperingati awal mulanya hidup didunia ini , dan yang kedua ialah agar supaya mendapat restu dan berkenan menerima wejangan-wejangan ilmu kebatinan dan permainan pencak silat guna dapat mengalahkan segala bahaya .
Kejujuran Ki Ngabehi Soerodiwiryo yang selalu dibuktikan ialah , bahwa beliau selalu tidak melupakan jasa-jasa gurunya . Pada waktu-waktu memberikan pelajaran pencak silat selalu ditegaskan bahwa tegak-tegak ( stand ) atau langkah-langkah dan gerakan-gerakan tangan yang diajarkan itu didapat dari pendekar A dan B , dan permainan -permainan dari daerah C dan D dan begitu seterusnya . Demikian juga halnya dengan ilmu kebhatinan nya .
Beliau dikalangan persaudaraan SH tidak suka disebut guru melainkan minta supaya disebut ‘saudara tertua’ saja , menurut keterangan beliau bahwa dalam mencari kepandaian pencak silat yang terpenting harus ‘mempunyai kemauan keras dan sangat berani’ .
Sumber-sumber permainan pencak silat SH asalnya telah diuraikan pada riwayat hidup Ki Ng. Soerodiwiryo dimuka , dari sumber-sumber itulah beliau mengambil sari-sarinya dengan dicampur , diteliti berdasarkan pengalaman-pengalaman sambung dan latihan di berbagai tempat , cobaan-cobaan yang didapatkan dari perguruan lain atau dari perkelahian-perkelahian .
Hasil dari pengambilan sari yang dicampur dan diubah secara teliti itulah yang memungkinkan beliau berhasil menciptakan beberapa jurus pencak silat yang digunakan sebagai dasar permainan pencak silat ‘Setya Hati’ .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar